Jumat, 07 Februari 2014

Kelestarian Budaya Bayan Tetap Terjaga

Bayan - Pada zaman dahulu Bayan disebut suwung artinya daerah yang banyak ditinggal penghuninya atau sepi. Suwung dipimpin oleh seorang Raja atau disebut Datu Bayan. Bayan artinya penerang. Diberikan nama Bayan karena Islam merupakan penerangan/pencerahan bagi masyarakat pulau Lombok berkembang dan pertama dari daerah ini dan menjadi sebuah kerajaan Islam tertua di Lombok, sehingga Rajanya bergelar Susuhunan Ratu Mas Bayan Agung.


Silsilah menyebut bahwa Raja Bayan bersaudara  tidak kurang  18 orang  hasil  perkawinan Raja sebelumnya  dengan beberapa istri dan selir. Saudara-saudara Raja Bayan  kemudian menyebar ke seluruh pulau Lombok dan beranak pinak.
Sejarah dalam salah satu Lontar Petung Bayan mencatat dimana keberadaan Lontar tersebut masih dianggap tabu karena pada saat2 tertentu saja di baca. Dari hasil perkawinan Raja Bayan dengan istri pertamanya mempunyai dua orang putra bergelar Pangeran Mas mutering langit dan Pangeran Mas mutering gumi kedua pangeran inilah yang kemudian meneruskan memerintah dan berkuasa di kerajaan Bayan.
Datu Pangeran Mas Mutering Langit sebagai saudara tertua berkedudukan di Bayan Timur diberikan mandat  menjalankan pelaksanaan adat gama yaitu kelembagaan adat yang mengatur hubungan vertikal dengan sang pencipta Allah Swt.
Datu Pangeran Mas Mutering Jagat berkedudukan di Bayan Barat diberikan tugas untuk menjalankan Pelaksanaan Adat Luir Gama atau kelembagaan adat yang berhubungan dengan sosial kemasyarakatan, lingkungan dan adat istiadat lainya.
Kedua Datu Pangeran Mas  tersebut dalam menjalankan tugas-tugasnya  dibantu oleh keluarga kerajaan lainya antara lain : Titi mas rempung bertempat tinggal di loloan, Titi Mas Puncan Surya yang betempat tinggal di karang bajo dan Titi Mas Pakel yang bertempat tinggal di Karang Salah
Sedangkan dalam menjalankan bidang keagamaan dibantu oleh antara lain Titi Mas Pengulu,Ketip,Mudim dan Lebe Antasalam.
Nama Bayan sendiri diberikan ketika Islam berkembang pesat sekitar abad ke 16, dibawa oleh para ulama dan pedagang yang singgah di pelabuhan Carik.  Menurut sejarah, labuahan carik adalah pelabuhan yang sangat strategis dan menjadi bagian wilayah yang dikelola kerajaan lokaq sahbandar adalah tetua adat yang mengelola pelabuhan carik.
Setelah Raja Bayan menerima Islam sebagai Agama kerajaan maka, daerah ini diberikan nama Bayan, Bayan   berasal dari bahasa Arab  berarti penerang.  Bersamaan dengan itu bagi Raja dan keluarga kerajaan saat itu masuk Islam oleh para mubalig  diberikan gelar raden kepada seorang laki-laki dan kepada seorang perempuan ditetapkan dengan sebutan denda, hal ini  dimaksudkan untuk menghargai keturunan keturunan kerajaan yang telah menganut ajaran Islam.
Sementara itu, tidak sedikit pula keluarga kerajaan dan pengikutnya kala itu  tidak menerima keberadaan Islam sebagai keyakinan  mengantikan keyakinan leluhur. Saudara raja Bayan dan kerabat mereka  inilah yang keluar dari kerajaan pergi ke pegunung-pegunungan untuk mengasingkan diri jauh dari kerajaan.
Jadi ada tiga urusan yang diurus dalam kelembagaan Adat Bayan yaitu, hubungan orang Bayan dengan Penciptanya yang kini ditangani oleh Keturunan Datu Pangeran Mas Mutering Langit
Hubungan orang Bayan dengan Sesamanya yang kini ditangani oleh keturunan Datu Pangeran mas Mutering Jagat/Gumi
Hubungan orang Bayan dengan lingkungannya/alamnya yang juga ditangani oleh keturunan Datu Pangeran mas Mutering Jagat/Gumi
Rumah Adat Bayan Timur merupakan tempat atau pusat penyelenggaraan Adat Gama ( adat dan agama) di Desa Bayan. Urusan hubungan vertikal dengan sang Pencipta merupakan hal yang penting bagi masyarakat Bayan, karena bagi masyarakat Bayan, Sang Pencipta merupakan unsur utama pembentuk orang Bayan. Tanpa kuasanya tiada pernah ada Orang Bayan.
Sementara yang masih terlibat dalam melakukan tradisi budayanya di  Desa Bayan adalah masyarakat dari desa-desa Desa Loloan, Anyar, Sukadana, Senaru, Karang Bajo dan Desa Bayan.  Dulunya kerajaan Bayan itu Batas Timurnya Tall Baluk berlokasi di Lombok Timur Kecamatan Pringgabaya dan Batas Baratnya Menanga Reduh tepatnya didesa pemenang kabupaten Lombok Utara tetapi saat ini tidak semua tempat dengan batas2 tersebut melaksanakan tradisi yang sama lebih dari desa tersebut bahkan sewilayah Lombok Utara beberapa tempat masih mengunakan budaya yang sama. Sesuai dengan sejarah di atas masing-masing desa memiliki tokoh adat yang berperan dalam pelaksanaan upacara adat dan tradisi tersebut masih berjalan hingga saat ini.
Apakah pengunjung umum diperkenankan masuk ke Kawasan Rumah Adat Bayan Timur? Menjawab pertanyaan ini Raden Sawinggih menjelaskan, bagi pengunjung masuk komplek kampu asalkan mengunakan pakaian adat. Sementara  bangunan yang dapat dilihat dari pintu depan tempat pengunjung berdiri dapat dilihat 4 Baruga.
Pertama, berugak Agung adalah berugak utama yang dipergunakan sebagai tempat melaksanakan Gundem/memutus perkara2, berugak agung juga dipergunakan sebagai tempat mengadakan perjamuan dan dipergunakan sebagai tempat menobatkan para prusa atau pengemban adat bayan serta pada acara Gawe Beleq berugak agung dipakai untuk memajang berupa acara khusus gawe beleq.
Kedua berugak Jangan adalah berugak yang dipergunakan untuk mempersiapkan hidangan2 ketika acara perjamuan di selenggarakan dan pejabat adat yang bertugas untuk mengurus tempat ini disebut aman jangan.
Ketiga dua Berugak Temue/tamu yang fungsinya sebagai tempat menerima tamu undangan dan untuk selanjutnya para tamu dapat menikmati hidangan yang disajikan.
Dari sini kita bisa melihat 4 baruga. Bangunan Baruga hampir dijumpai di setiap rumah. Fungsi Baruga biasanya adalah tempat berkumpul kaum lelaki ketika menerima tamu, karenanya menjadi simbol dari laki-laki yang merupakan unsur berikutnya dari Orang Bayan. Untuk rumah biasa  yang bukan rumah adat ya berugak masih dipergunakan oleh pemuda/laki-laki untuk tidur. Namun demikian di rumah adat Bayan Timur, Baruga2 ini memiliki fungsi sebagai tempat melaksanakan upacara-upacara, karenanya masing-masing Baruga memiliki nama.
Baruga di ujung kiri bernama Beruga Agung tempat berkumpulnya para pemangku setiap kali mereka dipanggil berkumpul. Baruga di sebelah ujung kanan disebut Baruga Malang. Baruga yang terdapat di kiri depan adalah Baruga Empak atau daging karena digunakan sebagai tempat untuk mengolah daging. Baruga di kanan depan tidak memiliki nama khusus, namun digunakan untuk penyembelihan hewan.
Nara Sumber: Raden Sawinggih, Raden Jambianom, R. Madikusuma dan semuanya tinggal di Desa Bayan

Tidak ada komentar:

Posting Komentar